Powered By Blogger

1 Jan 2011

Yarralumla Mosque, Masjid segala Bangsa

Wajah-wajah teduh Muslim dari anak benua India, benua Afrika, Asia Tenggara, Arab, Asia Tengah, Asia Timur, Eropa atau blasteran larut dalam tempat ini



Hidayatullah.com--Selepas kumandang azan, rangkaian kalimat penuh makna yang disampaikan dalam bahasa Inggris mengawali prosesi Jumatan siang itu. Bahasa inggris memang menjadi lingua franca bagi jamaah yang berasal dari berbagai negara.

Sesekali, sang imam menyelingi ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW (dalam bahasa Arab).Sang imam memberi pesan-pesan mengenai persatuan umat, akhlak islami, cara hidup Muslim, serta tata cara peribadatan yang benar. Ia adalah seorang diaspora dari tanah terjajah, Palestina.

Tak lupa di akhir khotbah sang imam bersemangat mengajak mendoakan saudara-saudara Muslim yang tertindas di berbagai penjuru dunia seperti Kashmir, Iraq, Kaukasus, Afghanistan, Thailand, Phillipina dan Palestina.

Dalam heningnya musim dingin, gerahnya musim panas, cerahnya musim semi atau murungnya musim gugur, para jamaah tetap khusuk menikmati rukun sebelum dilaksanakan sholat Jumat di masjid ini.

Wajah-wajah teduh Muslim dari anak benua India, benua Afrika, Asia Tenggara, Arab, Asia Tengah, Asia Timur, Eropa atau blasteran larut dalam ritual mingguan tersebut. Dari atribut pakaiannya bisa dikira-kira mereka diantaranya adalah para diplomat, tentara, student, pegawai pemerintah, penjaga mall, sopir taksi, cleaner, serta masyarakat umum lainnya.

Tidak selalu mudah upaya mereka untuk hadir di momen religius tersebut, mengingat kendala pekerjaan, jauhnya tempat tinggal atau hambatan cuaca di ibukota Australia. Namun, melubernya jamaah sampai keluar masjid berdaya tampung sekitar 750 orang tersebut menjadi pertanda ghirah keislaman yang kuat ditengah mayoritas masyarakat Kristen, sekuler, agnostic atau bahkan atheis.

Pukul 1:30 pm biasanya prosesi sholat Jumat dimulai. Sebelumnya, biasanya imam mengingatkan untuk, “Straight line your shaf, shoulder to shoulder”, yang memberi filosofi kesatuan ummat Islam dalam rapinya barisan seperti diperintahkan Nabi SAW.

Sangat terasa dalam moment tersebut universalisme Islam, konsep egalitarian serta kesatuan ummah. Bahwa Islam meniadakan perbedaan warna kulit, bahasa, suku bangsa, profesi atau penghalang imajiner lainnya.

Pernah suatu ketika loudspeaker tiba-tiba mati, dan ada yang mengulangi dengan keras bacaan imam sebagai penanda gerakan sholat, seperti didapati pada sholat di pusat Islam, Mekkah.

Beberapa kali terlihat bule berkemeja batik dan berkopyah hitam, atau pria berkafiyeh Palestina, atau bule berpakaian baju Muslim khas Pakistan/India.

Mungkin ekspresi mereka tersebut menandakan di mana pertama kali mereka memeluk Islam. Terlihat pula gerakan sholat penuh ekspresi bule Muslim yang terlihat agak kaku untuk ukuran kita yang Muslim sejak lahir.

Dengan sedikit variasi, bisa dikatakan Muslim dari manapun berasal melakukan gerakan sholat yang sama.

Sehabis sholat Jumat, seringkali kami diajak sholat ghaib untuk saudara-saudara Muslim yang meninggal di berbagai negeri asal para jamaah atau mendoakan saudara Muslim yang sedang terbaring sakit. Juga menyusul, pengumuman berkenaan urusan kaum Muslim seperti sedang dibangunnya Islamic Center of Canberra, acara festival keislaman, pengajian bulanan atau lainnya. Kadangkala juga terjadi acara pengikraran keislaman mualaf baru yang menyentuh rasa persaudaraan. Sementara pada beberapa kesempatan ada juga jamaah yang melakukan fundraising dana untuk pembangunan masjid di tempat lain dengan menggelar sorban sebagai tampat infaq. Beberapa tegel dan semen bantuan dari jamaah terlihat pula di sudut ruang masjid.

Menjangkau Muslim

Abu Bakr mosque atau Canberra mosque, berada di wilayah Yarralumla tempat kompleks berbagai kedutaan besar serta perwakilan diplomatik negara-negara di dunia, sekaligus pusat pemerintahan Australia berada. Dari prasasti di pintu keluar diketahui pendirian fondasi masjid ini dimulai pada tahun 1960 oleh misi diplomasi Indonesia, Malaysia dan Pakistan.

Masjid ini terletak kurang dari lima menit jalan kaki dari kedutaan besar Indonesia, Mesir serta bersebelahan dengan kedutaan besar Norwegia/Denmark dan Malaysia. Dari arsitektur bangunan utama, ruang tengah yang bertenda, menara, mimbar khotbah (ukiran dari Jepara Indonesia) dan rak kitab-kitab terlihat Yaralumla mosque berarsitektur perpaduan Arab, Eropa, serta Asia.

Tempat shalat utama berada di lantai dasar, sementara untuk tempat sholat wanita berada di lantai dua. Tersedia air wudhu hangat di musim dingin, juga toilet, wastafel dan kamar mandi yang terpisah lokasinya antara jamaah pria dan wanita. Selebaran serta papan kaca pengumuman berada di pintu keluar masjid yang memberikan informasi dari urusan akomodasi, penjualan berbagai jenis barang, atau tempat restoran/toko makanan halal. Sementara, diluar masjid disediakan pula playground untuk anak-anak dan kursi untuk penjaganya yang tidak ikut sholat Jumat. Selesai sholat biasanya para jamaah mengobrol akrab diluar masjid dengan bahasa masing-masing, sebagai ajang silaturahmi. Yang lainnya membeli aneka buku, kebab dan pizza Libanon, serta kadang makanan dari Indonesia.

Setiap shalat Jumat, bisa dipastikan tempat parkir dan halaman masjid dijejali oleh mobil-mobil jamaah. Beberapa Polisi Federal Australia biasanya terlihat diujung jalan untuk menjaga keamanan dan ketertiban diluar masjid. Menjadi pusat kegiatan keislaman di Canberra, acara barbeque keluarga, termasuk kegiatan pada moment Ramadhan dan hari-hari besar Islam lainnya, masjid ini selalu dimakmurkan oleh berbagai jamaah Muslim di Canberra.

Pada bulan Ramadhan biasanya mengudara radio islam berisi murotal dan ceramah keislaman untuk menjangkau Muslim yang tersebar di penjuru city dan suburb dari kota berpenduduk sekitar 350 ribu jiwa ini. Fasilitas sms kepada jamaah disediakan untuk memberikan informasi seputar jadwal puasa, sholat lima waktu atau jika ada Muslim yang meninggal dunia. Yarralumla mosque menjadi oase keimanan serta wadah eksistensi Muslim segala bangsa dalam upaya mengurangi berkembangnya islamophobia “masyarakat Barat”, di ibukota negeri yang opini mainstream-nya tak selalu berpihak pada minoritas Muslim ini. Wallohu a’lam bissawab.

[Nico Andrianto, Mahasiswa Master of Policy and Governance Program, Crawford School of Economics and Government, Australian National University, Canberra, Australia]


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger