Powered By Blogger

22 Apr 2010

Muhammadiyah Malaysia Gencar Bendung “SePILIS”

Paham liberalisme, sekularisme, dan pluralisme (SePILIS), saat ini dinilai sudah masuk ke tubuh Muhammadiyah

Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiya (PCIM) Malaysia tengah serius membendung arus sekularisme, pluralisme, dan liberalisme (SePILIS). Wujud keseriusan itu nampak pada acara yang digelar Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah Kuala Lumpur Sentral (PRIM-KLS) bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI-UM) Malaysia, dalam acara seminar bertemakan "Tantangan Kontemporer Bagi Ormas Islam" beberapa hari yang lalu (18/4), di Universitas Malaya belum lama ini.

Untuk menghangatkan diskusi yang digelar, panitia memberi kesempatan kepada dua pemateri yang memang sering bergelut dengan perbincangan wacana kekinian ini, yang pertama Arifin Ismail, MA. dan kedua Prof. Dr. Susiknan Azhari, MA.

Ustaz Arifin, panggilan akrabnya, menyoroti isu-isu pemikiran di Indonesia, khususnya isu-isu yang biasa dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran Islam liberalisme, sekularisme, dan pluralisme (SePILIS), yang saat ini sudah masuk ke dalam tubuh Muhammadiyah.

Bagi doktor pemikiran Islam ini, produk-produk pemikiran kaum SePILIS ini jelas-jelas merupakan produk-produk pemikiran Barat, yang tentunya banyak bertentangan dengan perkara-perkara yang sudah mapan dalam Islam.

Ustaz yang juga aktivis INSISTS ini banyak menyoroti tantangan pluralisme agama. Baginya, berdasarkan pengamatannya, umat Islam secara sadar atau tidak telah terjerumus kepada arus penyamaan agama-agama dengan berbagai cara.

Arifin menyinggung konsep "God's Spot" yang dikembangkan seorang motivator ESQ yang marak di Indonesia. Menurutnya, konsep "suara hati" ini berasal dari kehidupan spiritual Yahudi.

Ia merujuk Rabbi Yaacov J. Kravitz yang menyatakan "Sprituality refers to what is most essential to heart of human experience".

Bahayanya, menurutnya, apabila seseorang sudah kadung meyakini bahwa suara hatinya adalah suara Tuhan. Dikatakan oleh penganjurnya bahwa "yang terpenting adalah legitimasi suara hati Anda sendiri, sebagai sumber kebenaran sejati." Maka, menurutnya, ini berpotensi menyamakan semua keyakinan kata hati seseorang sebagai yang benar, tidak pandang agama apa pun yang dianut.

Untuk meyakinkan, ia menghubungkan sekali lagi konsep suara hati ini dengan konsep Kabbalah, konsep spiritual atau akidahnya Freemasonry.

Akhirnya, Arifin menyarankan agar ormas-ormas Islam berhati-hati dengan isu-isu semacam ini yang dinilainya sebagai ciri masuknya ide “Sepilis”.

Maka dari itu, ia meminta ormas-ormas Islam, termasuk Muhammadiyah, perlu menyiapkan kader-kader pemimpin yang benar-benar dapat memahami Islam secara baik. Di samping itu, mesti mendorong kadernya untuk lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam dunia pemikiran yang positif, yang dapat membendung pengaruh-pengaruh pemikiran ala Barat yang sedang dijual di tengah-tengah pasar komunitas masyarakat Islam.

Sementara itu Prof. Dr. Susiknan Azhari, salah satu orang penting di Majelis Tarjih PP Muhammadiyah yang sedang mengemban tugas sebagai professor tamu di Universitas Malaya, menjelaskan bahwa di internal Muhammadiyah sendiri beberapa tahun terakhir dilanda badai "nafsu politik" sehingga isu “SePILIS” ini secara "tak disadari" telah menjangkit juga di sebagian anggotanya.

Namun demikian ia menegaskan, tantangan ormas Islam sebenarnya bukan hanya masalah spritualisme dan pluralisme, tetapi lebih kompleks dari itu, yakni meliputi juga masalah kemiskinan, kebodohan, kriminalitas, rendahnya moralitas pemimpin negara, dan lain sebagainya.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger