Powered By Blogger

24 Sep 2010

Berlindung pada Asing, Festival Film Gay Digelar di Indonesia

Friday, 24 September 2010 20:09
Sebelumnya, acara konferensi gay dan lesbian se-Asia di Surabaya gagal diadakan akibat ditolak masyarakat setempat

Seolah mengabaikan kasus sebelumnya yang pernah menjadi masalah serius di Surabaya, Jawa Timur, tiba-tiba, tanpa ada publikasi, hari ini Jumat (24/9) festival film gay terbesar di Asia dibuka di Jakarta. Beberapa media asing, seperti BBC, AFP dan Al Arabiya mengulasnya. Ditulis dalam berita itu bahwa festival film homo itu merupakan kali pertama digelar di negara mayoritas berpenduduk Muslim.

Festival film yang kerap disebut Q! Film Festival itu mulai berlangsung Jumat. Dalam ajang yang kesembilan kalinya ini rencananya bakal ditampilkan sebanyak 150 film dari lebih 20 negara di dunia termasuk dari Prancis, Jepang, dan Filipina. Film-film itu bertemakan persoalan hak kaum homoseksual dan HIV/AIDS.

Sutradara Festival, John Badalu, mengaku tak mengharapkan penolakan dari publik, lantaran itu ajang ini dijaga kerahasiaannya karena adanya stigma yang menentang homoseksual dari kalangan Muslim di Indonesia.

''Kami tak mau mempublikasi acara ini di media lokal karena mayoritas penduduk masih konservatif,'' ujarnya.

Situs jejaring sosial seperti Twitter (twitter.com/Qfilmfestival) banyak mengulas ajang tersebut. Dengan maksud untuk memperlihatkan tujuan dari ajang itu, bahwa komunitas kelainan seksuaal yang masih dianggap aneh itu tetap ada di Indonesia.

''Biarkan masyarakat mengetahui, bahwa komunitas yang dianggap aneh ini masih hidup di Indonesia,'' katanya.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Informasi dan Telekomunikasi, Gatot Dewa Broto, dalam berita itu, mengatakan bahwa pemerintah pusat telah memberikan jaminan bahwa festival film gay itu bisa berjalan.

''Kami tidak keberatan selama kontennya tidak menampilkan seks secara eksplisit, tidak terlalu vulgar, kita setuju, kita dapat mentolerir,'' ujarnya.

''Festival ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Panitia tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta mempertimbangkan nuansa etis dan norma di Indonesia,'' tambahnya. Penyelenggara festival tidak mau mengambil risiko dan telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan ajang itu berlangsung tanpa insiden.

Dihubungi Hidayatullah.com secara terpisah, Gatot Dewa Broto membenarkan pemberitaan tersebut.

Dia menandaskan, yang disepakati Keminfo dalam hal ini adalah pementasan festifal filmnya. Bukan perilaku gay-nya.

"Apapun bentuk festifal asing di Indonesia harus tetap sesuai dengan norma kessusilaan yang berlaku. Kalau gay-nya tetap kita tidak setuju," kata Broto.

Dukungan Asing

Sebagaimana diakui, John Badudu memanfaatkan festival ini dengan cara sembunyi-sembunyi dengan memanfaatkan dukungan internasional.

''Pendanaan festival film ini berasal dari kelompok-kelompok asing. Kami memutar film di pusat-pusat asing. Kelompok radikal tidak akan berani menyerang kita. Jika mereka melakukannya, ini sama saja menyerang negara asing,'' ujar Badalu.

Sebelum ini, bulan Maret sebuah konferensi gay dan lesbian se-Asia Pasifik yang diadakan di Surabaya ditolak oleh sejumlah masyarakat. Akibatnya, acara kaum yang paling dibenci al-Quran itu batal melaksanakan acaranya [ain/hidayatullah.com]

foto: Konferensi gay dan lesbi yang ditolak masyarakat di Surabaya, Jawa Timur


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger